Pelet Suara
Pereret
Oleh Adang Suprapto
Pelet adalah sarana
guna-guna yang
dipakai untuk
mempengaruhi
seseorang, agar yang
bersangkutan mau memenuhi keinginan si
Pemilik Pelet.
Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat
dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga menjadi pereret.
Perkembangan
seni budaya
masyarakat
wilayah Bali
Barat yaitu di
daerah Kabupaten Jembrana berupa seni “Sewo
Gati” yaitu berupa
kesenian yang mirip kesenian Arja di Bali,
hanya bedanya kalau kesenian Sewo Gati
semua penarinya dalam posisi duduk.
Kesenian Sewo Gati ini pementasanya sangat menarik diiringi dengan
seperangkat alat musik yang salah satunya berupa Pereret.
Cara menggunakan
Pereret ini adalah
dengan meniup alat tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan
menawan hati.
Pereret ini hanya
terdapat di Kabupaten
Jembrana yaitu di
wilayah Bali Barat,
uniknya pereret bisa dipakai sebagai alat
pelet atau mengguna –
gunai seorang gadis sehingga gadis tersebut
bisa jatuh cinta pada si pemakai Pereret tersebut.
Agar pereret tersebut
bisa dipakai sebagi pelet, maka terlebih
dahulu pereret tersebut
dipasupati (diisi
kekuatan gaib) oleh Jero
Balian (Dukun ) dengan cara menghaturkan
sesajen sakral, yang dipersembahkan
kehadapan Sanghyang
Pasupati sebagai
manifestasi-Nya Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa).
Cara mendapatkan
jodoh dengan pelet suara pereret ini
adalah sebagai
berikut :
Biasanya yang memakai
pelet suara pereret ini
adalah perjaka yaitu orang laki-laki yang masih lajang, dan
membunyikan pereret ini dilakukan di malam hari sekitar pukul 20.00
Waktu Indonesia diatas pohon
yang tinggi.
Sehingga bisa didengar sayup-sayup merdu dari
jarak yang jauh karena daya jangkau suara
pereret pada malam hari bisa mencapai jarak
kurang lebih satu
kilometer apalagi
dibunyikan dari tempat yang lebih tinggi.
Kosentrasi suara
pereret tersebut
dibidikkan pada si gadis yang dicintainya,
sehingga setiap
mendengar suara
pereret gadis tersebut akan gelisah tidak bisa
tidur dan selalu
membayangkan si
perjaka.
Sehingga selang tidak lama yaitu hanya memakan waktu satu
bulan maka gadis yang menjadi idaman tersebut bisa jatuh cinta.
Walaupun sebelumnya
gadis tersebut tidak punya rasa cinta sama
sekali dengan pria si pembawa pereret, tapi
karena kekuatan pelet suara pereret tersebut
maka si gadis tidak bisa
mengendalikan diri.
Karena pikirannya hanya tertumpu pada si perjaka tersebut yang
pada akhirnya gadis yang dicitainya bisa
dijadikan istri.
Pelet Suara Pereret ini
adalah sarana yang sangat ampuh dipakai
untuk menguna-gunai gadis sebab apabila
gadis tadi tidak jadi kawin dengan pria tersebut maka gadis itu
bisa menjadi gila.
Pelet suara Preret ini sangat jarang dipakai oleh para perjaka, kecuali dalam keadaan
sangat terpaksa seperti misalnya gadis itu suka
menghina laki-laki,
merendahkan martabat laki-laki, sehingga laki-laki terutama perjaka
itu bisa mengambil jalan pintas yaitu dengan menggunakan segala cara termasuk menggunakan pelet suara pereret untuk
menaklukan gadis yang menghinanya tersebut dan terakhir sampai
bisa menjadi istri.
Kisah ceritanya Pelet
Suara Pereret adalah
sebagai berikut :
Pada masa
pemerintahan I Gusti
Agung Pancoran di
Jembrana Bali, ada
seorang abdi kerajaan
yaitu seorang juru
masak makanan raja yang bernama I Gede
Gawas.
Pekerjaan sehari-
harinya adalah sebagai
pelayan Istana dalam membuat masakan makanan raja, dan di Istana Kerajaan banyak juga pelayanan Istana
Perempuan yang
disebut dayang-dayang Istana.
Diantara dayang-dayang
Istana ada salah
seorang dayang yang parasnya sangat cantik
dan rupawan yang
bernama Dayang Sari.
Penampilan Dayang Sari
ini memang dapat
dipandang sebagai sosok wanita yang sopan santun, ramah dan bicaranya lemah
lembut, enak didengar kalau diajak bicara.
Hal inilah
yang menyebabkan
Dayang Sari
menjadi tumpuan
pandangan dan
perhatian para pelayan Istana.
I Gede Gawas jatuh cinta pada Dayang Sari,
tetapi cintanya tetap ditolak oleh Dayang Sari
dan malah menghina I
Gede Gawas yang
menyatakan bahwa saya tidak sudi kawin dengan seorang juru
masak.
Dayang Sari karena merasa dirinya cantik
dan tergolong paling cantik diantara para
dayang Istana, maka ia sangat mengharapkan
agar dirinya bisa kawin dengan seorang Petinggi
Kerajaan.
Sedangkan I Gede
Gawas karena cintanya
ditolak mentah-mentah dengan penghinaan yang sangat menyakiti
hatinya, maka dia mulai berpikir untuk mencari
jalan pintas, dengan mendatangi seorang Balian Sakti (Dukun
Sakti) untuk mohon bantuan agar Dayang
Sari bisa diperistri.
Permohonan I Gede
Gawas dikabulkan oleh
Balian Sakti, ia diberi
sarana untuk melet
(mengguna-gunai)
Dayang Sari.
Sarana Pelet tersebut
berupa Pereret yang
sudah dipasupati (diisi
kekuatan gaib), sesuai
petunjuk Balian Sakti,
Pereret tersebut
dibunyikan pada malam
hari dari atas pohon
yang agak tinggi.
Suara Pereret tersebut
bidikannya
dikonsentrasikan pada
Dayang Sari, sehingga
setiap mendengar suara
pereret, Dayang Sari
selalu gelisah, tidak bisa
tidur dan ia selalu
membayangkan I Gede
Gawas.
Walaupun Dayang Sari
sebelumnya tidak punya
rasa cinta sama sekali
dengan I Gede Gawas,
tetapi karena pengaruh
kekuatan Pelet suara
Pereret tersebut maka
Dayang Sari tidak bisa
mengendalikan diri.
Sehingga dalam jangka
waktu tidak begitu
lama, yaitu hanya
berselang 30 (tigapuluh)
hari maka Dayang Sari
bisa jatuh cinta pada I
Gede Gawas dan
terakhir sampai pada
acara pernikahan.
Begitulah kekuatan gaib
dari Pelet suara Pereret
sehingga dengan
menikahnya Dayang Sari
dengan I Gede Gawas,
para pelayan istana
menjadi geger karena
Dayang Sari yang
dulunya tidak cinta
sama sekali dengan I
Gede Gawas
kenyataannya bisa
sebagai suami istri